Selamat Datang di Jendela Den Ngabei. Blog ini berisikan tentang sistem tenaga listrik beserta berbagai macam komponen yang mendukungnya. Anda dapat request untuk mendownload beberapa artikel yang ada diblog ini dengan memberikan komentar pada Ngabei Comment Box... pada halaman Unduh Artikel yang baru saja disediakan. Indonesia Jaya..!!
Pembangkit Listrik Tenaga Surya |
Dimasa yang akan datang, penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar
fosil, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), semakin lama akan
semakin berkurang dan digantikan dengan pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi terbarukan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Salah satu energi terbarukan yang dapat kita temui sehari-hari adalah
cahaya matahari. Energi cahaya matahari kedepannya memainkan peranan
yang sangat penting dalam bidang kelistrikan, utamanya dalam pemenuhan
kebutuhan energi listrik berskala rumah tangga.
Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Sejarah PLTS tidak terlepas dari penemuan teknologi sel surya berbasis
silikon pada tahun 1941. Ketika itu Russell Ohl dari Bell Laboratory
mengamati silikon polikristalin akan membentuk built in junction, karena adanya efek segregasi pengotor yang terdapat pada leburan silikon. Jika berkas foton mengenai salah satu sisi junction, maka akan terbentuk beda potensial di antara junction,
dimana elektron dapat mengalir bebas. Sejak itu penelitian untuk
meningkatkan efisiensi konversi energi foton menjadi energi listrik
semakin intensif dilakukan. Berbagai tipe sel surya dengan beraneka
bahan dan konfigurasi geometri pun berhasil dibuat.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (Photovoltaic Plants) |
Prinsip Kerja dan Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) merupakan jenis pembangkit
energi listrik alternatif yang dapat mengkonversi energi cahaya menjadi
energi listrik. Secara umum, ada dua cara pembangkit listrik tenaga
surya untuk dapat menghasilkan energi listrik, yaitu :
- Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
– Dalam pembangkit ini, energi cahaya matahari akan digunakan untuk
memanaskan suatu fluida yang kemudian fluida tersebut akan memanaskan
air. Air yang panas akan menghasilkan uap yang digunakan untuk memutar
turbin sehingga dapat menghasilkan energi listrik.
- Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants) – Pembangkit jenis ini memanfaatkan sel surya (solar cell) untuk mengkonversi radiasi cahaya menjadi energi listrik secara langsung.
Berikut akan dijelaskan tentang keduanya :
- Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants)
Pembangkit Listrik Termal Surya dapat bekerja dalam berbagai cara.
Pembangkit ini juga biasa dikenal sebagai pembangkit listrik surya
terkonsentrasi (concentrated solar power plants). Tipe yang
paling banyak digunakan adalah desain parabola cekung. Cermin parabola
dirancang untuk menangkap dan memfokuskan berkas cahaya ke satu titik
fokus, seperti seorang anak yang menggunakan kaca pembesar untuk
membakar kertas. Pada titik fokus tersebut terdapat pipa hitam yang
panjangnya sepanjang cermin tersebut. Didalam pipa tersebut terdapat
fluida yang dipanaskan hingga temperatur yang sangat tinggi, seringkali
diatas 300 derajad fahrenheit (150 derajad celcius). Fluida panas
tersebut dialirkan dalam pipa menuju ke ruang pembangkitan energi
listrik untuk memasak air, menghasilkan uap air dan menghasilkan energi
listrik.
Pembangkit Listrik Surya Termal (Solar Thermal Power Plants) |
Versi lain dari pembangkit listrik surya termal adalah penggunaan tower listrik (power tower).
Tower listrik ini membuat pembangkit listrik surya termal menuju ke
arah baru. Cermin disituasikan untuk memfokuskan radiasi cahaya ke satu
titik fokus, yaitu sebuah menara tinggi yang mana menara ini menerima
cahaya untuk mendidihkan air dan menghasilkan uap air. Cermin-cermin
yang digunakan biasanya dikoneksikan ke sebuah sistem penjejakan (tracking system)
cahaya dimana sistem tersebut mengatur cermin agar selalu menghadap
matahari. Tower listrik ini memiliki beberapa keuntungan, seperti waktu
pembangunan yang relatif cepat.
Power Tower |
- Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants)
Pembangkit fotovoltaik ini sangatlah sederhana. Beberapa panel surya
dipasang sehingga membentuk array. Masing-masing panel akan mengumpulkan
energi cahaya dan mengkonversikannya secara langsung menjadi energi
listrik. Energi listrik ini dapat dialirkan ke jaringan listrik. Saat
ini, pembangkit surya fotovoltaik masih jarang ditemukan. Hal ini
dikarenakan pembangkit listrik surya termal saat ini lebih efisien untuk
memproduksi energi listrik dalam skala besar.
Pembangkit Surya Fotovoltaik (Solar Photovoltaic Plants) |
Sel Surya
Sel surya atau sel fotovoltaik adalah sebuah alat yang mengubah cahaya
menjadi arus listrik dengan menggunakan efek fotolistrik. Sel surya
pertama diciptakan oleh Charles Fritts pada tahun 1880. Pada tahun 1931
seorang insinyur Jerman, Dr Bruno Lange, mengembangkan sel fotovoltaik
menggunakan selenida perak di tempat oksida tembaga. Meskipun sel
prototipe selenium mengkonversi kurang dari 1% dari cahaya menjadi
listrik, Ernst Werner von Siemens dan James Clerk Maxwell mengakui
penemuan ini sangatlah penting. Setelah karya Russell Ohl pada 1940-an,
peneliti Gerald Pearson, Calvin Fuller dan Daryl Chapin menciptakan sel
surya silikon pada tahun 1954. Sel-sel surya awal biaya 286 USD/watt dan
mencapai efisiensi dari 4,5-6%.
>> Tipe Sel Surya
Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe
utama sel surya, yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli
(multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan dengan
berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe.
Fabrikasi Fotovoltaik |
Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi
sel surya generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama
dicirikan dengan pemanfaatan wafer silikon sebagai struktur dasar sel
surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk
menghasilkan lapisan tipis (thin film) yang dapat berperilaku
sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan
teknologi bandgap engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi
tinggi dengan konsep tandem atau multiple stackes.
Kebanyakan sel surya yang diproduksi adalah sel surya generasi
pertama, yakni sekitar 90% (2008). Di masa depan, generasi kedua akan
makin populer, dan kelak akan mendapatkan pangsa pasar yang makin besar.
European Photovoltaic Industry Association (EPIA) memperkirakan
pangsa pasar thin film akan mencapai 20% pada tahun 2010. Sel surya
generasi ketiga hingga saat ini masih dalam tahap riset dan
pengembangan, belum mampu bersaing dalam skala komersial.
>> Prinsip Kerja Sel Surya
Bahan sel surya sendiri terdiri kaca pelindung dan material
adhesive transparan yang melindungi bahan sel surya dari keadaan
lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap lebih banyak cahaya
dan mengurangi jumlah cahaya yang dipantulkan, semi-konduktor P-type dan N-type
(terbuat dari campuran Silikon) untuk menghasilkan medan listrik,
saluran awal dan saluran akhir (tebuat dari logam tipis) untuk mengirim
elektron ke perabot listrik.
Proses Kerja Sel Surya |
Cara kerja sel surya identik dengan piranti semikonduktor dioda.
Ketika cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan
semi-konduktor, terjadi pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut
bisa menempuh perjalanan menuju bahan semikonduktor pada lapisan yang
berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan. Gaya tolakan
antar bahan semi-konduktor, menyebabkan aliran medan listrik. Dan
menyebabkan elektron dapat disalurkan ke saluran awal dan akhir untuk
digunakan pada perabot listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga
>> Komponen-Komponen
Untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tanggal, komponen-komponen yang digunakan adalah :
Komponen-Komponen PLTS |
- Solar Panel / Panel Surya : alat untuk mengkonversi
energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Sebuah sel surya dapat
menghasilkan tegangan kurang lebih 0.5 volt. Jadi sebuah panel surya /
solar cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel.
- Charge Controller : alat untuk mengatur arus dan
tegangan yang akan masuk ke baterai. Tegangan dan arus yang masuk ke
baterai harus sesuai dengan yang diinginkan. Bila lebih besar atau lebih
kecil dari range yang ditentukan, maka baterai atau peralatan yang lain
akan mengalami kerusakan. Selain itu, charge controller juga berfungsi
sebagai penjaga agar daya keluaran yang dihasilkan tetap optimal.
Sehingga dapat tercapai Maximum Power Point Tracking (MPPT).
Charge controller secara umum melindungi dari gangguan-gangguan seperti diterangkan berikut :
- LVD, Low voltage disconnect, apabila tegangan dalam battery rendah, ~11.2 V, maka untuk sementara beban tidak dapat dinyalakan. Apabila tegangan battery sudah melewati 12V, setelah di charge oleh modul surya, maka beban akan otomatis dapat dinyalakan lagi (reconnect).
- HVD, High Voltage disconnect, memutus listrik dari modul surya jika battery/accu sudah penuh. Listrik dari modul surya akan dimasukkan kembali ke battery jika voltage battery kembali turun.
- Short circuit protection, menggunakan electronic fuse (sekering) sehingga tidak memerlukan fuse pengganti. Berfungsi untuk melindungi sistem PLTS apabila terjadi arus hubung singkat baik di modul surya maupun pada beban. Apabila terjadi short circuit maka jalur ke beban akan dimatikan sementara, dalam beberapa detik akan otomatis menyambung kembali.
- Reverse Polarity, melindungi dari kesalahan pemasangan kutub (+) atau (-).
- Reverse Current, melindungi agar listrik dari baterai atau aki tidak mengalir ke modul surya pada malam hari.
- PV Voltage Spike, melindungi tegangan tinggi dari modul pada saat baterai tidak disambungkan ke controller.
- Lightning Protection, melindungi terhadap sambaran petir (s/d 20,000 volt).
- Inverter : alat elektronika daya yang dapat mengkonversi tegangan searah (DC – direct current) menjadi tegangan bolak-balik (AC – alternating current).
- Baterai, adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik
dari tenaga surya. Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan
pada saat ada sinar matahari.
Berikut adalah diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya skala rumah tangga
Diagram Instalasi PLTS |
Dari diagram pembangkit listrik tenaga surya diatas dapat diketahui
bahwa beberapa panel surya di paralel untuk menghasilkan arus yang lebih
besar. Combiner digunakan untuk menghubungkan kaki positif panel
surya satu dengan yang lainnya. Begitu pula untuk kaki negatifnya.
Ujung kaki positif panel surya dihubungkan ke kaki positif charge controller dan begitu pula untuk kaki negatifnya. Tegangan panel surya yang dihasilkan akan digunakan oleh charge controller
untuk mengisi baterai. Untuk menghidupkan beban perangkat dengan arus
AC, seperti : Televisi, Radio, komputer, dll, arus baterai yang
merupakan arus DC harus diubah terlebih dahulu menjadi AC dengan
menggunakan inverter. Untuk mengukur jumlah energi listrik yang telah
dihasilkan oleh panel surya dapat digunakan kWh meter. Untuk melindungi
panel surya dan perangkat lainnya dari gangguan, maka digunakanlah panel
pemutus AC.
Pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) skala rumah tangga, biasanya sering terjadi Islanding. Islanding
adalah terjadinya pemutusan aliran listrik pada jaringan distribusi
yang dimiliki oleh perusahaan listrik ketika PLTS tetap bekerja. Hal ini
dapat terjadi karena adanya kerusakan pada jaringan distribusi listrik.
Agar tidak merusak PLTS, digunakanlah power conditioner. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi terjadinya Islanding dan dengan segera menghentikan kerja PLTS. Power conditioner biasanya menjadi satu dengan inverter.
>> Perhitungan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Skala Rumah Tangga
Sebelum menentukan kapasitas sel surya yang sesuai dengan kebutuhan
suatu rumah, alangkah baiknya sebelumnya untuk melakukan perhitungan
terlebih dahulu. Langkah-langkah sebelum menentukan sel surya yang tepat
untuk dibeli adalah
- Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (watt).
- Berapa besar arus yang dihasilkan solar cells panel (dalam ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan berapa jumlah panel surya yang harus dipasang.
- Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari. (ampere hour).
Berikut adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan jumlah panel sel surya yang sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.
Perhitungan Keperluan Daya
- Penerangan rumah: 10 lampu CFL @ 15 watt x 4 jam sehari = 600 watt hour.
- Televisi 21″: @ 100 watt x 5 jam sehari = 500 watt hour
- Kulkas 360 liter : @ 135 watt x 24 jam x 1/3 (karena compressor kulkas tidak selalu hidup, umumnya mereka bekerja lebih sering apabila kulkas lebih sering dibuka pintu) = 1080 watt hour
- Komputer : @ 150 Watt x 6 jam = 900 watt hour
- Perangkat lainnya = 400 watt hour
- Total kebutuhan daya = 3480 watt hour
- Jumlah solar cells panel yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 watt (perhitungan adalah 5 jam maksimum tenaga surya):
- Kebutuhan solar cells panel : (3480 / 100 / 5) = 7 panel surya.
- Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
- Kebutuhan baterai minimun (baterai hanya digunakan untuk 50% pemenuhan kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat : 3480 x 2 = 6960 watt hour = 6960 / 12 volt / 100 Amp = 6 batere 100 Ah.
- Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa sinar matahari) : 3480 x 3 x 2 = 20880 watt hour = 20880 / 12 volt / 100 Amp = 17 batere 100 Ah.
Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kelebihan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah :
- Cahaya matahari merupakan energi yang dapat diperbaharui dan tidak akan habis. Oleh karena melimpahnya ketersediaan cahaya inilah, pembangkit listrik tenaga surya dapat menjadi pembangkit listrik alternatif yang dapat menggantikan energi-energi lainnya yang tidak dapat diperbarui, seperti gas alam, batubara, minyak, nuklir dll.
Green Power Plant |
- Pembangkit listrik tenaga surya merupakan pembangkit listrik yang bersih dan ramah lingkungan. Pembangkit ini hanya membutuhkan cahaya matahari sebagai komponen utama penghasil energi listriknya. Selain itu, tidak ada limbah keluaran dari hasil proses pembangkitannya. Oleh karena itu, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dapat menggantikan pembangkit listrik lain untuk mengurangi jumlah limbah keluaran yang memiliki dampak negatif bagi lingkungan, seperti nuklir dan batubara.
- Umur pemakaian dari komponen penyusunnya, seperti sel surya, relatif panjang. Sehingga dapat dikatakan bahwa membangun pembangkit listrik tenaga surya merupakan suatu investasi jangka panjang.
- Karena bentuknya yang sederhana dan ringkas, maka pembangkit listrik tenaga surya mudah dalam pemasangan dan juga mudah dalam perawatannya.
- Jika dipasang secara individual (satu rumah satu sistem). Rumah yang berjauhan sekalipun tidak memerlukan jaringan kabel distribusi. Selin itu, gangguan pada satu sistem tidak mengganggu sistem lainnya.
- Proses pembangkitan hanya dapat dilakukan pada siang hari. Lebih buruk lagi bila proses pembangkitan dilakukan pada musim penghujan. Langit sering kali ditutupi oleh awan. Sehingga besarnya cahaya matahari yang akan dikonversi ke energi listrik tidak optimal.
- Bahan pembuatan komponen pembangkit listrik tenaga surya masih berharga mahal. Terutama untuk tipe sel fotovoltaik.
Dampak PLTS Terhadap Lingkungan
>> Gas Rumah Kaca
Siklus hidup emisi gas rumah kaca pembangkit listrik tenaga surya
saat ini berada di kisaran 25-32 g/kWh dan ini bisa turun menjadi 15
g/kWh di masa yang akan datang. Sebagai perbandingan, PLTGU batubara
menghasilkan 400-599 g/kWh, pembangkit listrik berbahan bakar minyak
menghasilkan 893 g/kWh, pembangkit listrik batu bara menghasilkan
915-994 g/kWh atau dengan penangkapan dan penyimpanan karbon sekitar 200
g/kWh, dan pembangkit listrik panas bumi temperatur tinggi menghasilkan
91-122 g/kWh. Hanya pembangkit listrik tenaga angin dan panas bumi
temperatur rendah yang menghasilkan lebih baik, yaitu 11 g/kWh dan 0-1
g/kWh.
Untuk beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir, siklus hidup
beberapa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, termasuk energi yang
dibutuhkan untuk menambang uranium dan energi pembangunan pembangkit
listrik serta dekomisioning, adalah di bawah 40 g/kWh, namun beberapa
pembangkit nuklir lainnya menghasilkan jauh lebih tinggi.
>> Kadmium
Salah satu isu yang sering menjadi keprihatinan adalah penggunaan
kadmium dalam sel surya cadmium telurida (CdTe). Kadmium dalam bentuk
logam adalah zat beracun yang memiliki kecenderungan untuk terakumulasi
dalam rantai makanan ekologi. Jumlah kadmium yang digunakan pada film
tipis modul Photovoltaic (PV) relatif kecil, yaitu 5-10 g/m².
Dengan teknik kontrol emisi yang tepat, emisi kadmium dari produksi
modul dapat ditekan menjadi nol. Saat ini teknologi PV menyebabkan emisi
kadmium sebesar 0,3-0,9 mikrogram/kWh dalam satu siklus hidup. Sebagian
besar emisi tersebut muncul melalui penggunaan pembangkit listrik
tenaga batubara dalam pembuatan modul. Pembakaran batubara dan lignit
menyebabkan emisi kadmium jauh lebih tinggi. Kadmium dari batubara
adalah 3,1 mikrogram/kWh, lignit 6,2 mikrogram/ kWh dan gas alam 0,2
mikrogram/kWh.
Jika listrik yang dihasilkan oleh panel fotovoltaik digunakan untuk
pembuatan modul, bukan listrik yang berasal dari pembakaran batubara,
emisi kadmium dari penggunaan batu bara dalam proses produksi dapat
dihilangkan seluruhnya.
Perkembangan PLTS Di Dunia
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tampak Atas |
Pembangkit Listrik Surya Termal secara komersial pertama kali dikembangkan pada tahun 1980. Pembangkit Surya Termal Solar Energy Generating System
(SEGS) 354 MW adalah pembangkit listrik tenaga surya terbesar didunia
yang terletak di gurun mojave, california. Pembangkit surya termal besar
lainnya termasuk stasiun pembangkit surya Solnova (150 MW) dan stasium
pembangkit surya Andasol (150 MW) di Spanyol. Agua Caliente Solar Project, lebih dari 200 MW di Amerika Serikat, dan Charanka Solar Park 214 MW di India, adalah pembangkit fotovoltaik terbesar didunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar